Paradise Magz - Perkemahan
Jumat Sabtu Minggu yang berlangsung pada 31 Januari hingga 1 Februari lalu
berlokasi di Sumpur, Batipuh Selatan (±32 km dari batusangkar). Berdasarkan data dari ketua pelaksana
Perjusami, Aziz Al-Qadhar, Perjusami diikuti sekitar 200 peserta dari kelas X ditambah
dengan 42 orang panitia yang terdiri dari pramuka reguler dan OSIS.
Sasaran utama Perjusami
yang diikuti oleh seluruh siswa kelas X SMA 1 Batusangkar ini adalah upacara
pelantikan kacu, sesuai dengan tuntutan wajib pramuka kurikulum 2013. Disamping
pelantikan kacu bagi pramuka wajib, pada perjusami juga diadakan pelantikan
bantara bagi pramuka reguler yang telah memenuhi syarat.
Banyak kisah pada Perjusami
yang menarik untuk diceritakan kembali. Satu bulan sebelum Perjusami, seluruh
siswa kelas X dibagi dalam 19 sangga, dalam hal ini putra dan putri dipisah
tentunya, 7 sangga putra dan 12 sangga putri dengan anggota 10 Sampai 16 orang
per sangganya. Setiap sangga dikoordinir oleh seorang pimpinan sangga (pinsa)
yang merupakan peserta pramuka reguler, pinsa tersebut didahulukan selangkah
dan ditinggikan seranting. Tiga pekan berturut-turut sebelum tanggal Perjusami yang
telah ditetapkan, seluruh peserta yang telah dibagi dalam beberapa sangga wajib
mengikuti pembekalan dari pembina. Pembekalan tersebut berupa cara mendirikan
tenda. Mulai dari tali-temali, hingga cara melipat tenda sesudah digunakan.
Meskipun pembekalan wajib diikuti, tapi tidak sedikit dari calon
peserta Perjusami yang curang dengan cara tidak mengikuti pembekalan. Beribu
alasan klasik dikemukakan. Mulai dari kurang sehat, flu, les/bimbel, latihan bola,
urusan keluarga, adiknya yang sendiri dirumah, sanak family yang sedang dirawat dirumah sakit, hingga alasan tidak masuk
akal seperti menemani mama dan kakak dirumah. Alhasil, calon peserta
dengan mental curang tersebut diambil alih oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan yang juga pembina pramuka SMA 1 Batusangkar, Bapak Noflismen Anas, M.Pd,
dalam pramuka kerap disapa kak Nof. Kak Nof berhasil menjaring lebih dari 20
orang calon peserta curang ketika patroli ke seluruh local kelas X. Mereka dikumpulkan
dan diinterogasi satu per satu. Semuanya terlihat tegang, mereka telah memikirkan sanksinya,
seperti membawa satu pot bunga ukuran besar.
Akhirnya, didapatkanlah
alasan mengapa tidak mengikuti pembekalan. Ternyata, Alasan utamanya
adalah malas mengikuti perjusami tersebut, karena itu melelahkan. Alasan
lainnya adalah alergi dingin, ada urusan keluarga, dsb. Terkait
alasan tersebut, kak Nof menyunggingkan tawa beberapa saat. Lalu
melanjutkannya dengan memberikan pencerahan, bahwa perjusami itu sangat bagus untuk
pribadi kita masing-masing. Dan ditegaskan kembali bahwa tidak seorang pun yang boleh
tidak mengikuti Perjusami, karena ini tuntutan kurikulum 2013 yang nilainya juga
dicantumkan dalam laporan hasil belajar. Namun, ada satu hal yang dapat
ditoleransi, yaitu
sakit kronis yang di idap oleh calon peserta dan telah menunjukkan surat
keterangan dokter spesialis.
H-5 hingga H-1 Perjusami,
seluruh sangga sibuk memenuhi kebutuhan sangga mereka masing-masing, baik itu alat, maupun
bahan. Sangga
putra ataupun putri harus dapat menyiapkan seluruh kebutuhannya masing-masing. Mulai
dari tenda, tongkat, tali, terpal, tikar, kuali, kompor, hingga bahan mentah
makanan harus disiapkan.
Memang, Dimana-mana yang
curang itu selalu saja ada, bahkan untuk kepentingan sangga yang juga untuk
kelangsungan hidupnya. Hal ini memicu konflik dengan pasal menuntut kesetaraan hak
dan kewajiban. Konflik ini seru. Terlebih lagi konflik dalam
sanggah putri. Namun konflik dalam sangga putra pun tak kalah seru.
Setelah beberapa hal
disiapkan, tibalah saat yang dinanti-nantikan. Ya! Hari keberangkatan. Malam
H-1 keberangkatan, pm bbm siswa SMA 1
Batusangkar yang paling populer adalah ‘packing’.
Manusiawi, karena ini tergolong usaha mengikuti tren. No problem so far.
Pagi-pagi buta, siswa kelas
X telah hadir di sekolah dengan kesibukan akan barang bawaan pribadi dan
kepentingan bersama dalam sangga. Pukul 08.00 wib diadakan apel untuk
memastikan kesiapan calon peserta. Apel tersebut tidak
berlangsung lama. Ketika matahari sepenggal naik, kloter pertama
diberangkatkan. 8 sangga yang
beruntung diberangkatkan sekaligus dengan 4 truk. Dengan lapang dada, sangga
yang belum beruntungharus menantikan kepulangan 4 truk tersebut, kurang lebih
berselang 2 jam, cukup membosankan dan cukup menyebalkan.
Dua jam berlalu, truk
kloter pertama telah tiba untuk sangga kloter kedua. Pada kloter kedua terjadi
cekcok karena rebutan truk keberangkatan. Ironisnya, salah satu
sangga kloter pertama yang telah berada di lokasi ketinggalan tenda di sekolah. Huf. Lucu,
bukan?
Sesampainya di lokasi,
seluruh peserta putra dipersilakan untuk sholat Jumat berjamaah di masjid, dan
peserta putri istirahat makan dsb. Usai istirahat sholat dan
makan, peserta dipersilakan mendirikan tenda. Dengan pembekalan
sebelumnya, tenda berhasil didirikan. Belum sempat menata barang di dalam tenda, hujan deras mengguyur lokasi
perkemahan. Sangga tanpa persiapan terpal telah tergenang air. Bahkan sangga
dengan persiapan terpal punikut tergenang.
Sebagian peserta diungsikan
ke posko, panitia sibuk mengevakuasi. Sebagian lainnya masih
bertahan di tenda. Ketika hujan mengguyur, Tidak sedikit peserta yang bermain
hujan, mulai dari sepak bola, kejar-kejaran, hingga bermain gerobak. Karena
cuaca, upacara pembukaan yang dibukan oleh Kawarcab Tanah Datar terpaksa
diadakan dalam ruangan. Beberapa acara yang seharusnya diadakan di lapangan juga
terpaksa diadakan dalam ruangan, ini mengurangi keseruan perjusami kali ini.
Tidak sesuai harapan, hujan
terus mengguyur hingga malam hari pertama. Beberapa sangga yang masih
bertahan di tenda telah ikut dievakuasi, kecuali sangga 7. Sangga
7 dengan persiapan yang cukup dapat bertahan ditenda, bahkan dapat tidur di
tenda.
Hari kedua, sangga yang
meninggalkan tenda diminta kembali ke tenda, karena hujan telah reda. Pagi
hari, seluruh sangga sibuk memasak, membalaskan dendam terhadap lapar yang
hanya ditanggulangi dengan bekal seadanya. Dalam memasak pun terjadi
keseruan yang tak terungkapkan, baik itu menertawakan teman yang tidak biasa
memasak, hingga rebutan makanan. Hari kedua berlalu dengan santai. Malam
harinya, beberapa peserta pilihan telah disiapkan untuk pengucapan Dasadharma
pada acara api unggun. Namun, alam tidak mengizinkan, hujan kembali mengguyur. Meski
tidak sederas hari pertama, tapi tetap saja menghambat
berlangsungnya acara. Terlebih lagi banyaknya hal diluar rencana terjadi,
banyak peserta jatuh sakit: demam tinggi, mag, asma dll. Bahkan tidak sedikit
yang berhubungan dengan hal-hal mistis…. Malam terakhir di lokasi perkemahan,
masih sama seperti malam sebelumnya. Tidak satu pun sangga yang bertahan tidur
di tenda, termasuk sangga 7 yang sempat bertahan pada hari sebelumnya.
Hari terakhir, waktu terasa
berlalu sangat cepat. Agenda paling seru di hari ketiga adalah hiking. Menentang
arus sungai adalah bagian yang paling seru, disana kebersamaan, kekompakkan,
dan peduli terhadap sesama terasa sangat kental. Salah satu Misi dalam
hiking tersebut adalah menemukan bendera pramuka dalam perjalanan… Misi
tersebut terpecahkan oleh sangga 7, lagi-lagi sangga 7. Kabarnya,
sangga 7 menjadi sangga terbaik dalam perjusami kali ini. Namun,
hingga penulisan berita ini masih belum diumumkan secara resmi.
Kembali dari hiking,
peserta diberi waktu istirahat beberapa saat. Sehabis istirahat, peserta
diinstruksikan untuk melepas tenda dan membersihkan lokasi sebersih mungkin,
seperti pertama kali didatangi. Semua berlangsung sekejap, dan waktu untuk kembali ke rumah
masing-masing tiba. Sama halnya dengan keberangkatan, untuk pulang pun tetap rebutan
truk. Semua berarkhir dengan keseruan, dan
hanya di perjusamilah wajah sederajat dengan piring, keduanya sama-sama
dicuci di sungai. (grs)




Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Luangkan Waktu Anda untuk Mengisi Komentar pada kolom yang telah disediakan demi pembaharuan kedepannya. Terima kasih